Minggu, 22 November 2009

Banyak orang memanfaatkan alun-alun untuk kegiatan sehari-hari mereka , misalnya untuk mencari nafkah bagi para pedagang kaki lima , sebgai tempat rekreasi keluarga atau hanya sekedar melepas rasa bosan dengan aktifitas sehari-hari.Selain itu di alun-alun juga sering diadakan pagelaran seni, misalnya adanya pagelaran wayang kulit, karnaval dll yang bisa menumbuhkan rasa cinta kita terhadap budaya indonesia.

Sejarah perkembangan alun-alun

Perkembangan alun-alun sangat tergantung dari evolusi pada budaya masyarakatnya yang meliputi tata nilai, pemerintahan, kepercayaan, perekonomian dan lain-lain.

Jaman Hindu-Budha, alun-alun telah ada (Buku Negara Kertagama, menyatakan di Trowulan terdapat alun-alun) asal-usulnya ialah dari kepercayaan masyarakat tani yang setiap kali ingin menggunakan tanah untuk bercocok tanam, maka haruslah dibuat upacara minta ijin kepada “dewi tanah”. Yaitu dengan jalan membuat sebuah lapangan “tanah sakral” yang berbentuk “persegi empat” yang selanjutnya dikenal sebagai alun-alun.

Masa kerajaan Mataram, di Alun-alun depan istana secara rutin rakyat Mataram “seba” menghadap Penguasa (lihat Keraton Yogyakarta). Alun-alun pada masa ini sudah berfungsi sebagai pusat administrative dan sosio cultural bagi penduduk pribumi. Fungsi administratif: masyarakat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman atau melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat. Segi Sosio Kultural dapat dilihat dari kehidupan masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain, apakah dalam perdagangan, pertunjukan hiburan ataupun olah raga. Untuk memenuhi seluruh aktivitas dan kegiatan tersebut alun-alun hanya berupa hamparan lapangan rumput yang memungkinkan berbagai aktivitas dapat dilakukan.

Masa masuknya Islam, bangunan Masjid dibangun di sekitar alun-alun. Alun-alun juga digunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan hari besar Islam termasuk Sholat Idul Fitri. Pada saat ini banyak alun-alun yang digunakan sebagai perluasan dari masjid seperti Alun-alun Kota Bandung.

Pada periode berikutnya kehadiran kekuasaan Belanda di Nusantara, ikut memberi warna bentuk baru dalam tata lingkungan alun-alun. Hal ini terlihat dengan didirikannya bangunan penjara pada sisi lain alun-alun, termasuk di Alun-alun Yogyakarta. Pendirikan bangunan-bangunan untuk kepentingan Belanda sekaligus mengurangi fungsi simbolis alun-alun, kewibawaan penguasa setempat (penguasa pribumi).

Periode Jaman Kemerdekaan, Banyak alun-alun yang bertransformasi/berubah bentuk. Salah satunya Alun-alun Malang. Faktor pendorong perubahan/pertumbuhan ini macam-macam diantaranya Kebijakan Pemerintah, Aktivitas Masyarakat, Perdagangan dan Pencapaian

Minggu, 15 November 2009

ALUN-ALUN TERBERSIH DI JAWA TIMUR

SEBAGAI salah satu kawasan alun-alun terbersih di Jawa Timur, Alun-Alun Jombang secara rutin terus dipelihara. Salah satunya merawat rumput lapangan. Sebagai kawasan terbuka untuk umum, lokasi alun-alun sering kali dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara yang menghadirkan ribuan massa. Selain itu, setiap malam alun-alun menjadi lokasi wisata kuliner dan mainan untuk warga Jombang. Tampak Masrukhan, 41, sedang menyiram rumput di Alun alun Jombang. Setiap pagi, Masrukhan bersama petugas lainnya melakukan pekerjaan ini.

alun-alun tempat silatuurahmi

Ribuan orang memadati alun-alun Kabupaten Jombang untuk menghadiri acara halalbihalal dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur beserta jajaran Muspida Pemerintah Provinsi Jatim dan juga Muspida Pemkab Jombang.

Bupati Jombang, Sunyoto, Minggu, mengatakan, selain menjalin keakraban dan persaudaraan, kegiatan halabihalal ini juga untuk menyamakan langkah dan persepsi menanggulangi ancaman teroris.

"Dengan halalbihalal itu, akan memperkokoh pertalian antara pemerintah dan masyarakat serta melaksanakan pembangunan Jatim," katanya.

Ia mengemukakan, dengan adanya persamaan persepsi tersebut, diharapkan bisa mendukung pembangunan dan menangkal berbagai masalah yang paling aktual sekalipun, semacam teroris, bahaya penyalahgunaan obat terlarang serta berbagai penyakit masyarakat yang lain.

Menurutnya, kegiatan halalbihalal ini merupakan agenda silaturahim terbesar dari yang pernah ada di Kabupaten Jombang.
Karena, di samping masyarakat umum, acara tersebut juga mengundang berbagai elemen masyarakat, termasuk dari tetangga Kabupaten Jombang, seperti Kabupaten dan Kota Mojokerto, Nganjuk, Lamongan dan Kediri.

"Semuanya, mulai dari pengurus RT/RW, kepala dusun, kepala desa, Camat, PNS, takmir masjid, pengasuh pondok pesantren sampai prajurit TNI dan Polri," katanya.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Jombang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Tomsi Tohir, meminta kepada para pengunjung supaya menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran selama acara berlangsung.

"Mari sama-sama dijaga ketertiban dan keamanan. Dan jangan lupa membawa surat-surat kendaraan, karena kami akan periksa kelengkapan surat kendaraan pengunjung di pintu masuk dan keluar," katanya.

Usai berkumandangnya adzan Isya, ribuan orang mulai menyerbu alun-alun Jombang. Kedatangan mereka dengan mengenakan pakaian serba putih.

Begitu memasuki area alun-alun, ribuan orang tersebut langsung membentuh shaf untuk melakukan salat isya secara berjamaah. Praktis, area yang berada di depan pendapa kabupaten itu berubah menjadi lautan manusia.

Usai pelaksanaan salat isya dilanjutkan dzikir bersama diteruskan dengan penampilan artis ibu kota seperti Letto, Ridho Rhoma, Hadad Alwi, serta penceramah dari ibu kota ustad Arifin Ilham.

Sebelumnya, Pemprov Jatim juga menggelar acara serupa di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jatim.

Aktifitas Alun -alun jombang

Alun-alun biasanya digunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat.Misalnya pada pagi hari biasanya digunakan untuk olah raga, upacara.Pada siang hari banyak anak muda yang nongkrong,pada malam hari bisanya ada hiburan .
ALUN - ALUN JOMBANG
Alun2 merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang di kelilingi jalan dan dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat.